28 September 2023

Makalah Filsafat ilmu

REKONTRUKSI KONSEP UNIVERSITAS ISLAM

LATAR BELAKANG MASALAH

Sejarah Islamisasi pendidikan Islam, termasuk didalamnya universitas , dimulai semenjak Nabi Muhammad Saw menetap di Madinah. Kala itu, beliau memerintahkan anak-anak untuk belajar baca-tulis di masjid-masjid. Setelah Islam berkembang, tempat belajar pindah ke kuttab yang dibangun di sebelah masjid. Adapun materi pelajarannya serupa dengan materi yang diajarkan di Madrasah Tsanawiyah saat ini, lantas ditingkatkan jenjangnya menjadi Madrasah Aliyah, dan selanjutnya berkembang menjadi universitas-universitas Islam yang eksistensinya masih berlangsung hingga saat ini.

Lembaga-lembaga pendidikan klasik, seperti Universitas al-Azhar di Kairo, Universitas Islam di Madinah, dan Universitas Dar al-‘Ulum di Deoband, India, awalnya didirikan untuk melaksanakan fungsi pendidikan Abad Pertengahan dalam mencetak sarjana-sarjana agama (religious scholars) dengan menfokuskan diri pada pengajaran ilmu-ilmu tradisional keagamaan yang eksklusif, namun sekarang telah mengalami transformasi dan modernisasi seiring dengan dihasilkannya sarjana-sarjana ilmu social.

Model-model universitas Islam jauh berbeda dengan model-model universitas Barat, terutama dalam aspek keluasan konsepnya tentang ilmu pengetahuan yang menekankan basis spiritual pendidikan pada keesaan Tuhan (tauhid). Namun dalam perkembangannya dewasa ini, universitas-universitas Islam telah terkontaminasi konsep peradaban Barat. Fenomena ini dimulai pada abad ke-17, ketika terjadi suatu peristiwa monumental, yakni revolusi ilmiah di Barat, yang menjadi cikal-bakal lahirnya sains modern sebagai system pengetahuan universal. Di lain pihak, revolusi ilmiah ternyata tidak terjadi dalam peradaban Islam. Padahal, peradaban Islam pernah mengalami masa kejayaan selama berabad-abad jauh sebelum bangsa Eropa membangun system pengetahuan mereka, dan juga sudah memiliki dasar-dasar ilmu pengetahuan yang kuat (filsafat dan epistemology). Hal ini disebabkan oleh karakteristik internal system pengetahuan peradaban Islam yang tidak memungkinkan mengalami revolusi ilmiah. Sebab, revolusi ilmiah selalu diidentikkan dengan proses sekularisasi dan alienasi otoritas agama dalam system social politik yang memungkinkan sains lepas dari agama.

Timbulnya supremasi peradaban Barat atas peradaban Islam juga merupakan akibat dari ulah para pembaharu sebelum kita, yang hanya memikirkan bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan dari Barat. Mereka tidak pernah menyadari adanya kontradiksi yang tajam antara visi ilmu pengetahuan Barat dengan visi ilmu pengetahuan Islam. Perlu ditegaskan pula bahwa Islam bukan saja merupakan agama, tetapi juga mencakup gagasan tentang peradaban. Peradaban Islam saat ini tengah mengalami keruntuhan sehingga menjadi onggokan puing yang tidak berarti dihadapan peradaban Barat. Peradaban Islam baru bisa berdiri kokoh jika berhasil membangun suatu system pengetahuan yang mapan. Karenanya, kebangkitan peradaban Islam itu sangat bergantung kepada keberhasilannya dalam bidang ilmu pengetahuan melalui prestasi institusional dan epistemologis, serta dekonstruksi sains modern.

Dewasa ini, buku-buku teks, kurikulum non-Islam (Barat) dan pandangan dunia mereka yang materialistis dan sekuler tengah ditransformasikan kepada generasi Islam sehingga generasi Islam saat ini tengah mengalami westernisasi.Kolonialisme epistemologis telah terjadi dalam berbagai sector, baik itu sector keilmuan, pendidikan, teknologi, kedokteran, ekonomi, social, politik dan kebudayaan.

Situasi tersebut harus segera dirubah dan diakhiri: kaum muda Muslim harus diperkenalkan dengan visi Islam melalui studi-studi intensif terhadap peradaban Islam di universitas-universitas, juga Islamisasi ilmu pengetahuan modern dengan memproduksi buku-buku teks tingkat universitas atau mengislamkan disiplin ilmu modern sesuai visi Islam. Selengkapnya klik disini.